Peran Biotin untuk menurunkan kasus Fatty Liver Hemorrhagic Syndrome
Pada proses glukoneogenesis, biotin berfungsi untuk meningkatkan aktivitas kerja enzim Piruvat Karboksilase. Menariknya dalam proses ini, biotin merupakan komponen yang memiliki struktur yang unik. Biotin memiliki “long arm” yang bisa berotasi secara fleksibel dari tahapan kerja enzim pertama (fase inaktif) yang bertujuan membentuk Carboxybiotin menuju ke tahapan kedua (fase aktif) yang menghasilkan produk berupa oksaloasetat. Keberhasilan proses gluconeogenesis ini bertujuan untuk menjaga kestabilan kadar glukosa dalam darah.
Kadar biotin di hati akan berbanding positif dengan aktivitas enzim piruvat karboksilase. Penurunan kadar biotin di dalam hati mengakibatkan aktivitas enzim piruvat karboksilase juga akan menurun dan konversi piruvat menjadi oksaloasetat menjadi tidak mencukupi untuk tahapan awal sistesis glukosa. Hood et. al. (1976) menjelaskan bahwa aktivitas enzim Acetil CoA Carboxylase meningkat ketika terjadi defisiensi level biotin di bawah 0.8µg/g liver dan aktivitas enzim Piruvat Carboxylase dimungkinkan tidak mencukupi untuk memetabolis piruvat melalui gluconeogenesis. Untuk menghilangkan sisa metabolisme dan menjaga homeostasis, liver memperbesar ukurannya dan aktivitas enzim yang terlibat dalam melepas piruvat juga meningkat. Ini terlihat dari adanya akumulasi laktat dalam darah, meningkatnya sintesis asam lemak dan akumulasi Palmitoloic Acid.
Berdasarkan penelitian Huang et al. (2020) pada Gambar 1, terlihat bahwa pemberian Biotin pada perlakuan T (High Energy Low Protein feed + Biotin 0.3 mg/kg pakan) memberikan warna liver yang lebih merah dibanding perlakuan P (High Energy Low Protein). Hingga evaluasi hari ke-30, warna liver perlakuan T cenderung sama dengan kontrol.
Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat banyak fat droplet dengan berbagai ukuran di perlakuan P pada evakuasi 30 hari. Vakuola lemak juga makin bertambah sekitar 50% atau lebih dan memenuhi hampir keseluruhan vision area di evaluasi hari ke-60 untuk perlakuan P. Tidak terbentuknya vakuola lemak di perlakuan T pada evaluasi umur 30 hari. Sedangkan di umur 60 hari, vakuola lemak yang terbentuk hanya berjumlah sangat sedikit dan berukuran sangat kecil dibandingkan perlakuan P.
Liver dengan kandungan Biotin yang tinggi memberi pengaruh terhadap level glukosa dalam darah yang relative cukup (stabil). Kondisi ini merupakan salah satu indikator bahwa proses gluconeogenesis berjalan dengan baik, artinya biotin mampu mengaktivasi enzim pyruvate carboxylase dengan efektif. Rekomendasi penggunaan biotin dalam pakan dari berbagai sumber literatur dapat dilihat pada Tabel.
Komentar
Posting Komentar