Nutrisi dan Hormon Reproduksi Ternak Ruminansia Betina

 Nutrisi dan Hormon Reproduksi Ternak Ruminansia Betina

Sistem reproduksi ternak ruminansia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

1. Genetik

2. Lingkungan.

Faktor lingkungan yang dominan berpengaruh adalah nutrisi pakan. Nutrisi pakan berperan secara langsung dalam menyediakaan glukosa, asam amino, vitamin dan elemen esensial lainnya yang penting untuk proses reproduksi. Ransum harus mengandung glukosa/perkusor propionat (konsentrat), karena glukosa berfungsi sebagai :

v Sumber energi utama di ovarium

v Sangat dibutuhkan dalam proses pematangan sel telur

v Merangsang sekresi insulin, IGF-1 dan GH

v Merangsang sekresi hormon FSH, LH, estrogen, progesterone di hipofisa dan ovarium

Glukosa dapat berasal dari penyerapan yang terjadi di usus dan proses gluconeogenesis. Nutrisi pakan secara tidak langsung juga berperan dalam memodifikasi fungsi hormonal seperti meningkatkan kematangan sel telur, ovulasi, perkembangan embrio, pertumbuhan fetus dan daya tahan anak yang lahir.

Proses sistesis hormon

v Hormon protein disintesa dalam bentuk preprohormon, dalam rough endoplasmic reticulum membentuk prohormon, dan di dalam apparatus Golgi membentuk hormon yang aktif, yang disimpan dalam bentuk granula sebelum dilepaskan secara eksositosis.

v Hormon steroid disintesa dari kolesterol di hati. Hormon Steroid tidak disimpan tetapi langsung dilepaskan begitu selesai disintesa.

Hormon yang berperan dalam pembentukan ovum

v Hormon FSH, berfungsi merangsang pertumbuhan sel-sel folikel

v Hormon LH, berfungsi merangsang terjadinya ovulasi

v Hormon Estrogen, berfungsi merangsang keluanya hormon LH

v Hormon Progesteron, berfungsi menghambat sekresi FSH dan LH

Hormon yang berperan saat kebuntingan

v Progesteron dibutuhkan untuk perkembangan embrio dan pemeliharaan kebuntingan

v Hormon Laktogen, pada sapi dideteksi dalam serum induk (Maternal serum) pada kebuntingan 4 bulan. Pada Domba, Laktogen plasenta sudah disekresikan sejak kebuntingan 50 hari.

v Prolaktin berfungsi menginisiasi dan mempertahankan sekresi ASI

Hormon yang berperan saat plasentasi (Pembentukan plasenta)

v Progesteron

v Progestin

v Estrogen

v Laktogen plasenta

Hormon yang berperan saat partus

v Prostaglandin yakni hormon pencetus kontraksi

v Oksitosin merupakan hormon mempengaruhi kontraksi dinding uterus.

v Estrogen mempengaruhi hormon progesteron yang menghambat kontraksi uterus.

v Progesteron

Periode awal kebuntingan merupakan masa kritis bagi induk. Progesteron dalam darah induk tinggi untuk mempersiapkan endometrium menerima embryo dan Corpus Luteum dipertahankan selama masa kebuntingan. Pada periode kebuntingan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi fetus menjadi prioritas utama. Pakan yang diberikan pada induk harus mampu mencukupi kebutuhan hidup pokok induk dan kebutuhan pertumbuhan/perkembangan fetus. Saat bunting terjadi transport nutrisi antara induk dan fetus yaitu transport melalui proses difusi (glukosa) dan transport active (asam amino). Selain itu juga terjadi transport antibodies (immunoglobulin) pada primata dan rodensia, sedangkan pada sapi, domba, kuda dan babi antibodi diadsorbsi setalah melahirkan (pasca partus) melalui colostrum.

Saat induk bunting juga terjadi proses plasentasi, terbentuknya organ ekstra embrioner (plasenta). Berikut ini adalah fungsi dan peran plasenta :

v Sebagai perantara dalam hubungan fisiologis antara fetus dengan induk

v Sebagai organ sekresi internal dari beberapa hormon

v Sebagai pengikat, mencegah abortus

v Pengaturan sistem permeabilitas

Pada saat kelahiran partus kadar cortisol fetus meningkat hal tersebut merubah produksi progesteron dari plasenta menjadi estrogen. Estrogen yang meningkatakan menstimulasi myometrium untuk memproduksi Prostaglandin (PGF2α). PGF2α kontraksi myometrium  meningkatkan tekanan intrauterin dan mendorong fetus ke arah cervix dan menyebabkan servik dilatasi. Pada peristiwa ini induk akan menghasilkan oksitosin melalui glandula pituitaria posterior, sedangkan fetus akan memacu servik agar terus dilatasi yang disebut dengan refleks ferguson.

Pada saat masa laktasi, rangsangan pada puting mamae induk ketika diperah ataupun dihisap oleh anak akan mengantarkan impuls ke nervus vagus dan dilanjutkan ke hypotalamus. Kemudian hipotalamus merangsang pituitari anterior untuk mengeluarkan prolaktin yang menyebabkan alveoli mammae memproduksi susu.

Manipulasi nutrisi induk untuk mengubah rasio jenis kelamin anak/keturunannya

Rasio jenis kelamin adalah rasio kecenderungan jenis kelamin anak yang diinginkan. Faktor yang mempengaruhi rasio jenis kelamin adalah sebagai berikut :

1. Sperma X atau Y

2. Faktor genetik

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan terdiri dari nutrisi induk, ukuran anak, musim, dan waktu inseminasi. Nutrisi induk dipengaruhi oleh pakan, kondisi induk dan berat badan induk. Induk dengan kondisi yang buruk saat pembuahan memilki rasio jenis kelamin anak jantan yang lebih kecil dibandingkan induk dengan kondisi yang baik.

Manipulasi pakan untuk induk dapat mempengaruhi rasio jenis kelamin anak. Peningkatan glukosa dalam pakan akan cenderung menghasilkan embrio jantan. Mekanismenya dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

1. Mekanisme pra-konsepsi

v Motilitas / transportasi diferensial

v Pembuahan selektif
2. Mekanisme pasca konsepsi

v Perkembangan embrio lebih cepat pra-implantasi

v Penahanan perkembangan pra-implantasi embrio

Polyunsaturated Fatty Acids (PUFAs)

Pengaruh PUFA terhadap reproduksi

1. Meningkatkan kesuburan

v Mengurangi interval post partum menuju ovulasi (De Fries et al.2008)

v Meningkatkan pertumbuhan folikel (Lucy et al. 1991)

v Meningkatkan kualitas oosit dan kelangsungan hidup embrio (Santos et al.2008)

2. Transportasi sperma (Rooke et al. 2001)

3. Rasio Jenis Kelamin

Respon sapi betina yang diberi pakan tinggi omega-6 adalah sebagai berikut :

v Memilki kadar omega-6 yang lebih tinggi dalam darah

v Meningkatkan respons prostaglandin

v Waktu untuk oestrus dan beranak lebih singkat

v Proporsi rasio jenis kelamin betina lebih tinggi

Pakan biji-bijian dengan kadar omega-6 yang tinggi akan meningkatkan rasio jenis kelamin betina pada calon anak/keturunannya sebanyak 15%. Sedangkan pakan hijauan dengan kadar omega-3 yang tinggi akan meningkatkan rasio jenis kelamin jantan.


Komentar