Telur Asin
Telur asin
merupakan salah satu produk yang disukai masyarakat. Prinsip dari pembuatan
telur asin adalah terjadinya proses ionisasi garam NaCl yang kemudian berdifusi
ke dalam telur melalui pori-pori kerabang (Wulandari et al. 2014).
Tujuan dari pembuatan telur asin adalah sebagai upaya untuk pengawetan, selain
itu juga untuk meningkatkan cita rasa dari telur. Telur yang biasa digunakan
untuk diolah menjadi telur asin adalah telur itik. Telur itik mempunyai kadar
air lebih rendah, sedangkan kandungan protein dan lemak lebih tinggi (Winarno
dan Koswara 2002). Selain itu telur itik juga mempunyai pori - pori yang besar sehingga baik untuk
dijadikan sebagai telur asin. Dengan
pengasinan telur itik menjadi tidak amis dan masa simpan telur lebih lama. Semakin
lama waktu pengasinan akan semakin tahan lama masa simpan telur. Sampai saat ini telur asin yang berasal dari telur itik belum
bisa digantikan oleh telur yang dihasilkan unggas lain.
Telur asin merupakan teknologi hasil peternakan
yang peminatnya cukup banyak. Telur asin dapat dibuat dengan cara merendam menggunakan
media garam. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin sekaligus sebagai bahan
pengawet karena garam mampu menyerap air dari dalam telur. Garam akan masuk kedalam
telur melalui pori – pori kulit telur menuju ke putih telur, lalu ke kuning
telur. Garam akan menarik air yang dikandung
telur. Didalam garam juga terdapat ion
chlor yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dalam telur,
sehingga menyebabkan telur menjadi awet karena bakteri yang terkandung dalam telur
mati.
Telur itik dapat dibuat
telur asin dengan media yang bermacam – macam antara lain serbuk batu bata
merah, abu pelepah kelapa dan lumpur sawah. Media yang sering digunakan untuk
membuat telur asin yaitu serbuk batu bata merah dan abu pelepah kelapa, lumpur
sawah kurang dimanfaatkan dalam pembuatan telur asin. Menurut Setyo, R (2013) Organoleptik
telur bebek yang diasinkan menggunakan media lumpur sawah dan serbuk batu bata merah
hampir sama yaitu warna putih telur putih kuning telur kemerahan dan rasa asin,
kecuali aroma dan tekstur. Aroma telur asin hasil perendaman lumpur sawah agak amis,
sedangkan telur asin hasil perendaman serbuk batu bata merah sedikit amis.
Tekstur telur asin hasil perendaman lumpur sawah agak kenyal dan agak masir,
sedangkan pada telur hasil perendaman serbuk batu bata merah mempunyai tekstur kenyal
dan masir.
Dalam pembuatan telur asin abu sabut kelapa dapat mengganti
mediasekaligus pengganti garam dalam proses pembuatan produk pangan telur asin.
Penggunaan abu sabut kelapa
yang merupakan limbah pertanian
untuk membungkus telur selama
pemeraman, tidak perlu penambahan garam,
karena didalam abu tersebut
mengandung kalium lebih banyak dan garam
25.67% dengan kandungan klorida 10%.
Hal ini sangat baik untuk diet garam
karena menggunakan sedikit garam
dalam pembuatan telur asin. Menurut Emil, Et
al (2017) Waktu terbaik
proses pembuatan telur asin dengan media abu sabut kelapa adalah selama 21
hari.
Telur
asin yang ada saat ini umumnya mempunyai citarasa original, yaitu hanya dengan citarasa asin.
Penggunaan bumbu (herba) dalam pembuatan telurasin masih relatif
terbatas. Walau diketahui bumbu (herba) mempunyai beberapa senyawa aktif yang dapat
berperan sebagai pengawet dan pemberi citarasa. Bawang putih (Allium sativum)
mempunyai salah satu herba yang dapat digunakan
sebagai alternatif pada pembuatan telur asin. Adanya senyawa aktif pada bawang putih diharapkan mampu
mempertahankan dan mengurangi kecepatan penurunan kualitas telur asin. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan M. Novry (2017) dapat disimpulkan bahwa, pada pemberian bawang putih sampai level 35% belum
bisa mempertahankan kualitas fisik telur
asin. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan kualitas organoleptik.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno FG, S
Koswara. 2002. Telur : Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio Press.
Bogor.
Wulandari Z,
Rukmiasih, T Suryati, C Budiman, N Ulupi. 2014. Tehnik pengolahan Telur dan
daging Unggas. IPB Press. Bogor.
M. Novry Ferry Adisurya. 2017. PengaruhPemberian Bawang Putih (Allium Sativum) Pada Pembuatan Telur Asin Cara Basah Terhadap KualitasTelur Asin. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Emil Salim, Et al. 2017. Pengaruh Variasi Waktu PemeramanTelur Asin Dengan Penambahan Abu Sabut Kelapa Terhadap Kandungan Kadar Klorida,Kadar Protein Dan Tingkat Kesukaan Konsumen. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian,
Vol. 3 : 107-116.
Setyo Ristanto. 2013. Uji Organoleptik Dan Mikrobiologi Telur Asin Menggunakan Perendaman Lumpur Sawah. Naskah
Publikasi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Komentar
Posting Komentar